
Sahabat Kembara perlu tahu bahwa kini perkembangan teknologi digital membuat pembelajaran digital semakin populer dan mudah dijangkau. Di satu sisi, ini memberi harapan baru bagi pemerataan pendidikan. Namun, di sisi lain teknologi juga memerlihatkan jurang ketimpangan yang masih besar, antara siswa yang punya akses memadai dan mereka yang berada di daerah terpencil atau keluarga kurang mampu. Kondisi ini membuat digitalisasi belum sepenuhnya menjadi jembatan pemerataan pendidikan di Indonesia.
Realitas kesenjangan akses belajar online
Meski pendidikan dianggap sebagai hak universal, nyatanya tidak semua anak dapat menikmati layanan pendidikan yang berkualitas. Banyak wilayah yang masih berhadapan dengan keterbatasan perangkat, akses internet, serta literasi digital. UNICEF mencatat bahwa penutupan sekolah pada masa pandemi berdampak pada lebih dari 1,5 miliar anak di seluruh dunia dan mereka yang berasal dari keluarga berpenghasilan rendah adalah kelompok yang paling rentan mengalami kesenjangan pembelajaran.
Ketimpangan ini tidak hanya muncul sebab infrastruktur yang minim, tetapi juga keterbatasan kapasitas sekolah dan tenaga pendidik dalam mengadopsi teknologi. Hasilnya siswa di daerah perkotaan memiliki kesempatan yang jauh lebih besar, dibandingkan mereka yang berada di pedesaan atau wilayah konflik.
Pendidikan digital sebagai peluang pemerataan
Di tengah tantangan tersebut, pendidikan berbasis teknologi tetap menawarkan potensi besar sebagai jembatan kesetaraan. Akses terhadap perangkat, seperti HP dan laptop memungkinkan siswa untuk belajar tanpa harus berada di tempat langsung.
Pendidikan digital juga memberikan ruang baru bagi guru untuk terus berkembang. Tenaga pendidik di berbagai daerah dapat mengikuti pelatihan daring, meningkatkan keterampilan mengajar dan mengakses kurikulum terbaru tanpa harus meninggalkan tempat mereka mengajar. Tentunya ini membuka kesempatan yang lebih setara bagi para guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Selain itu, teknologi memberi kesempatan pada pembelajaran yang lebih personal. Materi bisa disesuaikan dengan kemampuan siswa sehingga dapat belajar dengan nyaman. Fitur interaktif juga membantu siswa dan guru berkomunikasi lebih efektif meski berada di tempat yang berbeda.
Apa saja tantangan yang belum terselesaikan?
Meski potensinya besar, pendidikan digital masih menghadapi berbagai hambatan. Beberapa tantangan utama antara lain:
- Akses internet yang belum merata
Di wilayah perkotaan, siswa bisa mengikuti kelas daring tanpa banyak masalah. Di banyak daerah terpencil, akses internet masih lemah sehingga pembelajaran online tidak berjalan optimal. Situasi ini membuat siswa tidak mulai dari kondisi yang setara.
- Harga perangkat yang masih sulit dijangkau sebagian keluarga di Indonesia
Perangkat seperti laptop dan HP masih jadi barang mahal bagi sebagian besar keluarga. Banyak rumah tangga harus memilih antara membeli paket data atau memenuhi kebutuhan pokok. Akibatnya, siswa sering meminjam perangkat atau belajar dari ponsel yang tidak layak, yang tentu menjadi penghambat proses belajar digital.
- Kualitas konten pembelajaran yang tidak selalu sesuai konteks lokal
Konten digital, kadang-kadang tidak terlalu spesifik dan tidak cukup mencerminkan kondisi tiap daerah. Contohnya materi yang digunakan sering berasal dari konteks kota besar, sementara siswa di pedesaan atau daerah kepulauan merasa materi tersebut jauh dari kehidupan mereka. Pemahaman jadi lebih sulit, karena materi tidak relevan dengan lingkungan mereka.
- Minimnya literasi digital pada siswa dan orang tua
Banyak siswa belum terbiasa menggunakan platform belajar online, seperti Google classroom untuk mengakses materi atau mengirimkan tugas. Orang tua juga sering tidak bisa mendampingi karena sama sama tidak terbiasa dengan teknologi. Akibatnya, proses belajar yang seharusnya lebih mudah justru terasa membingungkan.
Kalau isu-isu ini tidak ditangani sejak dini, digitalisasi pendidikan hanya akan jadi wacana indah tanpa manfaat nyata. Tantangan ini memang berat, tapi bukan tidak mungkin diatasi selama ada kolaborasi dan keberpihakan yang jelas pada siswa yang paling membutuhkan.
Lalu bagaimana cara mengatasinya? Untuk itu, Sahabat Kembara perlu mengetahui langkah-langkah berikut:
Langkah strategis untuk pemerataan akses
Untuk memastikan pendidikan digital benar benar inklusif beberapa langkah penting yang dapat dilakukan:
- Penguatan infrastruktur teknologi
Pemerintah dan sektor swasta perlu bekerja sama menyediakan jaringan internet yang terjangkau serta perangkat dasar bagi siswa.
- Pengembangan konten yang relevan dan berkualitas
Materi pembelajaran harus disesuaikan dengan konteks sosial ekonomi serta budaya lokal agar lebih mudah dipahami siswa. Kurikulum digital juga perlu dikembangkan bersama lembaga pendidikan dan organisasi internasional.
- Pelatihan literasi digital bagi guru dan siswa
Kemampuan menggunakan teknologi adalah faktor penting dalam keberhasilan pembelajaran online. Pelatihan berkelanjutan akan membantu proses adaptasi lebih cepat.
- Pusat belajar berbasis komunitas
Komunitas lokal dapat membuka ruang belajar yang menyediakan perangkat dan koneksi internet bagi siswa yang membutuhkan sehingga tidak ada yang tertinggal.
Pemerataan akses pendidikan digital tidak bisa diselesaikan dalam sekejap. Perlu komitmen dan kerja sama dari berbagai pihak agar hasilnya benar-benar terasa. Perubahan tidak mungkin berjalan kalau hanya dibebankan pada sekolah atau guru. Masyarakat, komunitas, pemerintah, dan Sahabat Kembara yang peduli pada pendidikan juga ikut terlibat.
Di saat infrastruktur dan ketersediaan perangkat masih terbatas di beberapa daerah, Sakola Kembara hadir dengan membuka bimbel gratis yang menyediakan ruang belajar yang sudah difasilitasi lengkap dengan kebutuhan siswa menengah ke bawah. Upaya ini juga menjawab kebutuhan pelatihan literasi digital melalui pendampingan rutin dan materi belajar yang relevan dengan kurikulum saat ini.
Program bimbingan belajar UTBK yang disiapkan oleh Sakola Kembara membantu anak-anak desa bersaing secara setara dengan akses yang lebih memadai. Pendekatan ini membuat inklusivitas pendidikan digital tidak hanya berhenti sebagai wacana, tetapi hadir bagi anak-anak yang sebelumnya terhambat kondisi ekonomi. Banyak di antara mereka telah berhasil masuk ke kampus impian, hal ini menjadi bukti bahwa pemerataan akses bisa terwujud ketika komunitas dan berbagai pihak benar-benar bergerak bersama.
Sahabat Kembara, mari dukung pemerataan akses pendidikan digital dengan bantu Sakola Kembara membuka peluang belajar yang lebih setara dengan ikut berkontribusi melalui program donasi dan aksi sosial pendidikan.