
Volunteer atau kerelawanan bukanlah konsep baru dalam peradaban manusia. Jauh sebelum istilah volunteer dikenal secara formal, praktik saling membantu tanpa pamrih telah menjadi bagian dari kehidupan sosial masyarakat di berbagai belahan dunia. Sejarah volunteer menunjukkan bahwa keikhlasan untuk mengabdi telah lama menjadi kekuatan utama dalam membangun peradaban, solidaritas, dan keadilan sosial.
Akar Sejarah Volunteer dalam Peradaban Awal
Praktik kerelawanan dapat ditelusuri sejak peradaban kuno. Dalam masyarakat Mesir Kuno, Yunani, dan Romawi, kegiatan membantu kaum miskin, yatim, dan orang sakit sering dilakukan atas dasar nilai moral, agama, dan kewajiban sosial. Di Yunani Kuno, konsep philanthropia, yaitu cinta terhadap sesama manusia, menjadi landasan bagi tindakan sukarela demi kepentingan publik.
Di Asia ada nilai gotong royong di Nusantara, mutual aid di Tiongkok, serta ajaran agama-agama besar seperti Islam, Kristen, Buddha, dan Hindu juga menanamkan prinsip membantu sesama tanpa mengharap imbalan. Zakat, sedekah, dana, dan pelayanan sosial keagamaan merupakan bentuk awal volunteer yang terorganisir secara nilai.
Perkembangan Volunteer di Era Modern
Istilah volunteer mulai digunakan secara luas pada abad ke-18 dan ke-19, terutama di Eropa dan Amerika Utara. Pada masa ini, volunteer sering dikaitkan dengan individu yang secara sukarela bergabung dalam kegiatan sosial, pendidikan, dan kemanusiaan, termasuk pelayanan di rumah sakit, sekolah rakyat, dan bantuan bencana.
Revolusi Industri menjadi titik penting dalam sejarah volunteer. Urbanisasi dan ketimpangan sosial yang meningkat mendorong lahirnya banyak organisasi amal dan gerakan sosial. Di Inggris, muncul charity organizations yang dijalankan oleh relawan untuk membantu kaum miskin perkotaan. Di Amerika Serikat, volunteer menjadi bagian dari gerakan reformasi sosial, seperti penghapusan perbudakan dan pendidikan publik.
Volunteer dan Perang Dunia
Peran volunteer semakin signifikan pada abad ke-20, terutama selama Perang Dunia I dan II. Jutaan relawan terlibat dalam layanan medis, bantuan pengungsi, distribusi makanan, dan rehabilitasi korban perang. Organisasi besar seperti Palang Merah Internasional (International Committee of the Red Cross), yang didirikan pada tahun 1863, menjadi simbol global kerelawanan kemanusiaan lintas negara.
Setelah perang, volunteer berperan penting dalam proses rekonstruksi sosial dan ekonomi, termasuk pembangunan kembali sekolah, fasilitas kesehatan, dan komunitas yang terdampak konflik.
Volunteer sebagai Gerakan Global
Memasuki paruh kedua abad ke-20 hingga sekarang, volunteer berkembang menjadi gerakan global yang terstruktur. Organisasi internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendirikan program United Nations Volunteers (UNV) pada tahun 1970, yang memungkinkan individu dari berbagai negara berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan, pendidikan, kesehatan, dan perdamaian dunia.
Volunteer tidak lagi terbatas pada kerja fisik. Di era digital, relawan juga berkontribusi sebagai analis data, pendidik daring, peneliti, pengelola media, hingga advokat isu sosial. Kerelawanan menjadi sarana pengembangan diri sekaligus jalan untuk memberikan dampak nyata bagi masyarakat.
Baca Juga: Membangun Bangsa Dengan Sekolah
Makna Volunteer di Era Kontemporer
Saat ini, volunteer dipahami bukan hanya sebagai aktivitas sosial, tetapi juga sebagai bentuk kesadaran kritis terhadap ketimpangan dan ketidakadilan. Banyak anak muda memilih menjadi relawan untuk memperjuangkan akses pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan hak asasi manusia.
Kerelawanan mengajarkan nilai keikhlasan, empati, kepemimpinan, dan kolaborasi lintas latar belakang. Ia menjadi ruang belajar yang mempertemukan idealisme dengan realitas sosial, sekaligus membuktikan bahwa perubahan besar sering kali dimulai dari kontribusi kecil yang dilakukan dengan konsisten.
Sejarah volunteer di dunia menunjukkan bahwa keikhlasan mengabdi adalah kekuatan universal yang melampaui batas waktu, budaya, dan negara. Dari praktik sederhana di masyarakat tradisional hingga gerakan global modern, volunteer terus menjadi tulang punggung solidaritas sosial dan pembangunan manusia.
Di tengah tantangan global saat ini, seperti: ketimpangan pendidikan, krisis kemanusiaan, dan perubahan iklim. Peran volunteer menjadi semakin relevan, bahwa mengabdi itu harus dengan keikhlasan, dan bukan hanya tentang membantu orang lain, tetapi juga tentang membangun dunia yang lebih adil dan berperikemanusiaan.
Mari Bergabung Menjadi Volunteer Sakola Kembara
Sakola Kembara sudah berkomitmen untuk bisa terus membantu pemerataan akses pendidikan di Indonesia dengan cara memberikan berbagai bimbingan dan pelatihan secara gratis. Bagi Sakola Kembara pendidikan adalah pondasi setiap anak di Indonesia untuk meraih kesuksesan.
Teruntuk kalian yang ingin membantu dalam komitmen mulia ini, serta ingin mengembangkan potensi yang dipunya, inilah saatnya untuk bergabung. Daftar, kembangkan potensi, dan ambil peranmu untuk bisa berdampak bagi kemajuan Indonesia di bidang pendidikan.